Disebuah keluarga, ada seorang kakek tua yang hidup bersama anak, menantu
dan seorang cucu laki-laki. Penglihatan si kakek sudah kabur. Ia sudah
tidak dapat mendengar dengan baik. Lututnya sudah mulai bergetar.
Jika ia duduk dekat meja makan, ia tidak dapat lagi memegang sendok.
Kadang-kadang ia lupa pula sup di atas taplak meja. Dari dalam mulutnya
selalu saja sup itu mengalir lagi keluar.
Anak laki-laki dan menantu perempuannya merasa jijik dengan hal itu. Oleh
sebab itu kakek tua itu akhirnya duduk sendirian di sudut, di belakang
sebuah tungku api. Mereka memberi makan hanya dengan mangkok yang kecil.
Ia sering tidak mendapat makan dan minum yang cukup dan tentu saja ia
tetap
lapar dan haus. Ia melihat apa saja yang ada di meja makan dengan sedih,
selanjutnya keluarlah air matanya.
Suatu ketika jemarinya yang sudah tua tidak dapat lagi memegang mangkuk.
Mangkuk itu jatuh dan pecah. Menantu perempuannya mengumpat dan
mencaci-maki. Tapi, kakek tua itu tidak berkata sedikit pun. Ia membiarkan
semuanya terjadi. Lalu Menantunnya itu membelikannya sebuah piring yang
terbuat dari kayu dengan harga yang tidak terlalu mahal. Kini dengan
piring kayu itu kakek tua itu harus makan. Piring kayu ini dapat membuat
si kakek tua lebih tenang karena tidak dapat pecah.
Suatu hari cucunya yang masih berumur empat tahun mengumpulkan
batang-batang kayu di tanah.
"Apa yang sedang kamu buat, Nak ?" tanya ayahnya.
"Saya sedang membuat sebuah piring kayu ," jawab anaknya polos, "dengan
piring ini ayah dan ibu akan makan, jika nanti saya sudah besar."
Sejurus kemudian ayah dan ibunya saling bertatapan dan mereka mulai
menangis. Sejak kejadian itu mereka selalu memapah sang kakek tua ke meja
makan, untuk makan bersama. Jika ia lapar atau haus, mereka segera
membawakan makanan dan minuman untuknya. Mereka tidak berkata apa-apa,
ketika sedikit saja makanan atau minuman tumpah ke lantai.*
16 Desember 2008
Kisah Sebuah Piring Kayu
Label:
Kisah n Renungan
11 Desember 2008
Bagi dunia kau hanya seseorang..namun bagi seseorang kau ada dunianya.
Gaji Papa Berapa?
Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta
terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti
biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD
membukakan pintu untuknya.
Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga
ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga,
Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa
sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar
10jam dan dibayar Rp. 400.000,-.
Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.
Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur.
Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar,
sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi.
Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah
berlari mengikutinya.
"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu
jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew.
Tetapi Sarah tidak beranjak.
Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya,
"Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi.
Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek.
Dan mau mandi dulu. Tidurlah".
"Tapi Papa..."
Kesabaran Andrew pun habis.
"Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya.
Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya.
Anak kesayangannya itu belum tidur.
Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000,
di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu,
Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah.
Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ?
Kalau mau beli mainan, besok kan bisa."
Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam.
Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama
minggu ini".
"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga
puluh menit aja.
Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku
mau ganti waktu Papa.
Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi..
karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,-
maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.
Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000,
makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.
Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru.
Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama
ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah
dunianya"
--------------------------------------------------------------
dari email my wife nih...
semoga bermanfaat ya....
Label:
Kisah n Renungan
Langganan:
Postingan (Atom)